Judul Buku :
Sandiwara Langit
Tebal Buku :
212 halaman
Penulis :
Al Ustadz Abu Umar Basyier
Penerbit :
Shofa Media Publika
Sebuah kisah nyata yang disajikan dalam
sebuah untaian kata yang indah dan menawan. Ditulis oleh Al Ustadz Abu Umar
Basyier dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Beliau merangkai kata
demi kata sehingga terkumpulah sebuah kisah perjalanan hidup seorang anak adam
yang penuh dengan rintangan dan cobaan dalam hidupnya.
Dalam kajiannya yang beliau sering
bertutur bahwa hal ini (kejadian dalam buku ini) sering terjadi dalam kehidupan
kita. Dan hendaknya kita sebagai seorang muslim bisa menjadikannya sebagai
ibrah (pelajaran) yang sangat berarti, khususnya bagi mereka yang ingin/telah
meyempurnakan separuh agamanya dengan pernikahan yang suci.
Bagi saya sendiri, Sandiwara Langit saya
nilai sangat bagus karena dua alasan. Alasan pertama, karena bagi saya
penilaian sebuah karya tulisan itu bagus atau tidak tergantung bagaimana karya
tersebut bisa menyentuh jiwa saya atau tidak. Dengan bahasa penuturan yang
sederhana, jauh dari kesan karya sastra seperti novel, dibubuhi kutipan ayat
Al-Qur’an dan kutipan Al-Hadits sebagai penghias kisah dan pesan dakwahyang
menjadi poin plus tersendiri bagi saya. Namun, kisah yang dituturkan
bisamenyentuh jiwa saya, bahkan mengaduk-aduk hati saya hingga membuat sungai
mini di pipi saya sembari sesenggukan. Alasan kedua, walaupun sang penulis
mengambil fatwa yang mengekang kreativitas tersebut, namun masih bisa
menghasilkan karya yang bisa mengaduk-aduk emosi pembaca.
Berkisah tentang seorang pemuda bernama
Rizqaan (bukan nama sebenarnya), berusia 18 tahun, baru lulus SMA dan punya
keinginan untuk menikah demi menjaga syahwatnya, karena tak tahan menghadapi
fitnah dunia, bahkan selama satu tahun pemuda tersebut melakukan shaum Dawud.
Pemudi yang hendak dinikahinya bernama Halimah (bukan nama sebenarnya juga),
Halimah berusia 17 tahun dari keluarga yang berkecukupan, bahkan lebih dari
cukup.
Ketika melamar Halimah, justru orang tua
Halimah yang melihat Rizqaan seorang pemuda pas-pasan yang berasal dari
keluarga miskin pula malah menantang Rizqaan. Keluarga Halimah yang serba
berkecukupan malah tidak akan membantu keberlangsungan rumah tangga Rizqaan dan
Halimah. Tantangan yang diberikan adalah sebuah syarat jika dalam 10 tahun
Rizqaan tidak dapat memberikan penghidupan yang layak bagi Halimah, maka
Rizqaan serta merta harus menceraikan Halimah, dan orang tua Halimah ingin
syarat tersebut diucapkan ketika Aqad Nikah berlangsung.
Maka disinilah terjadi perdebatan antara
Rizqaan dengan seorang ustadz tempat dimana dia biasa berkonsultasi. Awalnya
Rizqaan menganggap ini adalah sebuah perjudian, namun ustadz tersebut
berpendapat sebaliknya, bahwa ini adalah sebuah tantangan. Maka sebuah syarat
yang diajukan sang calon mertua pun menjadi sebuah bahasan fiqh muamalah
yang menarik dan cukup langka di tanah air, ini karena syarat yang diajukan
calon mertua juga cukup unik. (Halaman 9)
Dengan bekal finansial dari orang tua
Rizqaan, Rizqaan mulai merintis usaha roti. Berawal dari hasil penualan roti
perhari hanya 75-100 buah hingga mencapai 800-900 buah perharinya dalam waktu
dua tahun hingga akhirnya beberapa tahun kemudian mempunyai pabrik roti sendiri
di rumahnya. Dari rumah kontrakan yang pas-pasan hingga memiliki rumah sendiri
yang bertingkat. Dalam waktu dua tahun mereka dikaruniai buah hati dan mereka
menamainya Nabhaan.
Enam tahun kemudian, berkat kerja keras
dalam perdagangan roti, mereka bisa mendapatkan dengan keuntungan bersihnya 1,5
juta per harinya, mereka sudah bisa membeli rumah sendiri dan mobil sendiri.
Singkat kata, mereka hidup dalam kemapanan dan harmoni.
Dari kisah pendakian rumah tangga menuju
kemapanan mereka yang berawal dari bisnis roti ini pun menginspirasi sebuah
semangat untuk berbisnis. Dan ini adalah sebuah bukti bahwa gelar sarjana belum
tentu bisa menjamin sebuah kemapanan hidup. Kerja keras, integritas, moral yang
baik, dan kejujuran merupakan kunci terpenting menuju kesuksesan. Jadi, bagi
saya Sandiwara Langit ini tidak hanya menggugah masalah romantika cinta yang
Islami saja, tetapi jugamenggugah untuk menjadi seorang enterpreuner yang
sukses.
Ketika 10 tahun berlangsung,mereka
optimis akan bisa memenangkan tantangan yang diberikan mertuanya 10 tahun yang
lalu. Tinggal dua hari lagi mereka menunggu tanggal yang ditetapkan mertuanya,
namun musibah menimpa keluarga mereka. Rumah Rizqaan kebakaran yang
mengakibatkan hampir semua harta bendanya hancur. Namun, semuanya selamat
kecuali ayah Rizqaan, ayahnya meninggal dalam musibah tersebut. Tanpa
mempertimbangkan musibah yang baru dialami Rizqaan, dua hari kemudian sang
mertua pun datang dengan kejam untuk “merenggut” Halimah dari Rizqaan karena
Rizqaan gagal memenuhi syarat yang disepakati 10 tahun yang lalu. Rizqaan sekarang
kembali menjadi kere, tidak punya apa-apa lagi karena musibah
tersebut. Bagi saya, adegan di bagian inilah yang bisa mengaduk-aduk emosi saya
hingga air mata membuncah.
Ending yang mirip dengan Ayat-Ayat Cinta
karangan kang Abik, dengan menampilkan Al-Qur’an surah Al-Fajr ayat 27-30.
Karena ini kisah nyata, membuat tulisan kisah nyata ini menjadi lebih
menyentuh. Karena dalam persepsi saya kisah nyata lebih terasa pemaknaannya
untuk dijadikan teladan dibandingkan karya fiksi.
Banyak hikmah yang mungkin bisa kita
ambil dalam buku tersebut. Saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca bagi
siapa saja yang ingin mengetahui bagaimana harus menghadapi ujian yang Allah
berikan dan bagaimana kita harus bersyukur terhadap segala nikmat yang telah
diberikan olehNya. Sisi plus dari buku ini juga terletak pada penggunaan dalil
yang berupa ayat-ayat Al quran dan Assunnah yang shahih dalam mempertajam isi
cerita tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar