Tuduhan bahwa Islam merupakan agama yang menggunakan
kekerasan atau peperangan dalam penyebarannya akhir-akhir ini marak
dibicarakan. Padahal sejatinya Islam merupakan agama yang cinta damai. Begitu
pula dalam berdakwah, Islam memerintahkan untuk menyampaikan dengan baik tanpa
kekerasan, seperti yang tertera dalam QS An-Nahl: 125 yg artinya “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…”
Namun,
beberapa orang menafsirkan Islam secara sempit dan kaku sehingga
tindakan-tindakan mereka cenderung mengandung kekerasan dan tidak mencerminkan
pribadi yang Islami. Selain
itu, faktor lain yang menyuburkan kekerasan atas nama agama itu disebabkan
rendahnya intelegensi keagamaan sebab adanya kesan yang tidak seimbang dalam
menjalankan agama, yaitu adanya keinginan besar untuk selamat di jalan agama,
tetapi tidak menjalankan perintah yang paling utama dari sumber ajaran agama
itu tentang perlunya pengembangan intelegensi keagamaan dengan terus belajar
tentang agama itu sendiri secara baik.
Padahal sekali lagi Islam merupakan agama yang sangat menyukai bahkan
menganjurkan perdamaian. Seperti yang tertera dalam QS Al-Maidah: 23 yang
artinya “Barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena orang
itu membunuh orang lain (bukan karena qishash), atau bukan karena membuat
kerusakan di bumi, maka seakan-akan ia membunuh manusia seluruhnya; dan barang
siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan ia telah
memelihara kehidupan manusia seluruhnya.”
Di Indonesia contohnya, penyebaran agama Islam sama
sekali tidak menggunakan kekerasan bahkan para penyebar agama Islam menggunakan
cara-cara yang mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Contohnya Wali Sanga,
mereka menyebarkan Islam melalui cara mereka masing-masing dan menyesuaikan
keadaan lingkungan masyarakat yang ada. Seperti yang dilakukan Sunan Muria,
dalam berdakwah beliau menggunakan cara halus,
ibarat menganbil ikan tidak sampai keruh airnya. Sasaran dakwah beliau adalah
para pedagang, nelayan dan rakyat jelata. Beliau adalah satu-satunya wali yang
mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah dan beliau pulalah
yang menciptakan tembang Sinom dan kinanthi. Beliau banyak mengisi tradisi Jawa
dengan nuansa Islami seperti nelung dino, mitung dino, ngatus dino dan
sebagainya. Melalui tembang-tembang yang diciptakannya, sunan Muria mengajak
umatnya untuk mengamalkan ajaran Islam. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa dalam berdakwah dan menyebarkan agama, sejatinya
Islam merupakan agama yang fleksibel dan jauh dari kekerasan.
Oleh
sebab itu, sejatinyalah kita umat Islam untuk terus mengasah intelegensi
keagamaan kita dengan terus belajar sepanjang usia supaya tidak terjebak dalam
lingkaran kekerasan yang akan dapat menodai kesucian agama itu, yang
sesungguhnya tidak pernah mendapat kompromi dari agama. Intelegensi keagamaan
yang mapan itu akan dapat menjamin terlaksananya pengamalan agama yang baik
sebab dalam kehidupan akan selalu berupaya menunjukkan sikap arif dalam
menyikapi segala sesuatu yang muncul dengan bijaksana dan berupaya akan
menghindarkan segala bentuk kecenderungan yang mengarah pada kekerasan.
0 komentar:
Posting Komentar