Kamis, 08 November 2012

Cublak-cublak Suweng

Diposting oleh Unknown di 02.14

Cublak-cublak suweng merupakan salah satu permainan anak di Jawa. Aku suka bermain cublak-cublak suweng sejak aku masih duduk di bangku TK. Permainan ini kenalkan oleh nenekku yang sangat menjunjung tinggi kebudayaan Jawa. Seperti yang kita ketahui, kebudayaan Jawa sangat unik dengan karakteristiknya yang penuh dengan simbol-simbol dan makna yang mendalam, permainan ini pun demikian. Banyak makna yang terkandung dalam setiap gerak di permainan ini. Berikut adalah lirik lagu dan penjelasan dari permainan cublak-cublak suweng.

 Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundung gudel
Pak Empo lirak-lirik
Sapa mau sing ndelekke
Sir sir pong
dele gosong
sir-sir pong
dele gosong


Terjemahan :
Cublak ‘tempat minyak wangi’
Subangnya berserakan
Bau anak sapi yang diusir
Pak Empong sudah ompong kalau makan makanannya kesana kemari
Siapa yang tertawa dia yang menyembunyikan
Sir-sir pong kedelai gosong
Sir-sir pong kedelai gosong


Permainan dalam lagu dolanan tersebut mengandung unsur penanaman nilai budaya Jawa pada anak agar berperilaku bertanggung jawab, waspada, jujur, berani, sportif, dan adil. Nilai tanggung jawab ditanamkan dalam permainan Cublak-cublak Suweng yaitu setiap peserta mampu menjalanankan setiap peran sesuai dengan aturan main dalam permainan. Seorang anak yang menjadi pemimpin, dia harus menjalankan tugasnya untuk memimpin, dia harus menjalankan tugasnya untuk memimpin jalannya permainan tersebut. Seorang anak yang “dadi” dia harus bersedia tengkurap dan menebak dengan cermat siapa yang menggenggam kerikil. Teman main yang lain, harus dapat menyembunyikan dan menggenggam kerikil dengan baik agar sulit diketahui oleh anak yang “dadi”. Terlaksananya berbagai peran dalam permainan tersebut merupakan bagian dari pembentukan nilai bertanggung jawab.

Nilai kewaspadaan juga dibina melalui permainan Cublak-cublak Suweng. Anak yang menjadi pemimpin dan teman mainnya harus waspada agar kerikil yang digenggam tidak diketahui oleh anak yang “dadi”. Sikap dan gelagat saat proses tebakan tidak boleh ceroboh dan mencurigakan. Anak yang “dadi” harus waspada mengikuti gerakan putaran kerikil di punggungnya, mencermati saat kerikil diberikan pada teman mainnya agar tebakan tidak meleset.

Nilai kejujuran dibentuk pada saat tebakan siapa yang menggenggam kerikil. Anak yang “dadi” menebak siapa yang membawa kerikil. Anak yang membawa harus jujur mengakui jika tebakannya tepat. Nilai keberanian juga sportif juga terbina bersamaan dengan nilai kejujuran. Hal tersebut dapat dicermati pada saat anak yang “dadi” menebak, maka jika tebakan benar anak yang membawa kerikil harus sportif dan berani menggantikan posisi “dadi”. Anak yang “dadi” juga harus sportif dan berani untuk berperan sebagai sebagai “dadi” lagi apabila tebakannya tidak tepat. Nilai mengenai berdaya juang juga dapat terbina terutama bagi anak yang “dadi”, apabila tebakannya berkali-kali meleset maka dia harus berkali-kali tengkurap dan berperan “dadi”. Nilai berdaya juang sangat diperlukan agar anak mempunyai jiwa kuat, tidak rapuh, dan tidak mudah putus asa.

Nilai keadilan juga dapat terbentuk melalui permainan tersebut. Setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama dalam permainan tersebut. Tidak ada anak yang mendapatkan hak yang istimewa, semua berkedudukan sama. Setiap anak dapat berganti-ganti perannya berdasarkan aturan main.

Berdasarkan paparan tersebut maka dapat diketahui bahwa nilai kejujuran, bertanggung jawab, kewaspadaan, sportif, berdaya juang, dan keadilan dapat dibentuk melalui permainan dalam lagu dolanan. Anak tidak harus digurui dan didikte agar menjadi anak yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai budaya Jawa. Karakter tersebut terbentuk secara alami pada saat menjalankan permainan disertai lagu dolanan Cublak-cublak Suweng.

0 komentar:

Posting Komentar

 

My Blog Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting