Minggu, 18 November 2012

Sandiwara Langit

Diposting oleh Unknown di 01.29


Judul Buku      : Sandiwara Langit
Tebal Buku      : 212 halaman
Penulis             : Al Ustadz Abu Umar Basyier
Penerbit           : Shofa Media Publika





 Sebuah kisah nyata yang disajikan dalam sebuah untaian kata yang indah dan menawan. Ditulis oleh Al Ustadz Abu Umar Basyier dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Beliau merangkai kata demi kata sehingga terkumpulah sebuah kisah perjalanan hidup seorang anak adam yang penuh dengan rintangan dan cobaan dalam hidupnya.

Dalam kajiannya yang beliau sering bertutur bahwa hal ini (kejadian dalam buku ini) sering terjadi dalam kehidupan kita. Dan hendaknya kita sebagai seorang muslim bisa menjadikannya sebagai ibrah (pelajaran) yang sangat berarti, khususnya bagi mereka yang ingin/telah meyempurnakan separuh agamanya dengan pernikahan yang suci.
Bagi saya sendiri, Sandiwara Langit saya nilai sangat bagus karena dua alasan. Alasan pertama, karena bagi saya penilaian sebuah karya tulisan itu bagus atau tidak tergantung bagaimana karya tersebut bisa menyentuh jiwa saya atau tidak. Dengan bahasa penuturan yang sederhana, jauh dari kesan karya sastra seperti novel, dibubuhi kutipan ayat Al-Qur’an dan kutipan Al-Hadits sebagai penghias kisah dan pesan dakwahyang menjadi poin plus tersendiri bagi saya. Namun, kisah yang dituturkan bisamenyentuh jiwa saya, bahkan mengaduk-aduk hati saya hingga membuat sungai mini di pipi saya sembari sesenggukan. Alasan kedua, walaupun sang penulis mengambil fatwa yang mengekang kreativitas tersebut, namun masih bisa menghasilkan karya yang bisa mengaduk-aduk emosi pembaca.
Berkisah tentang seorang pemuda bernama Rizqaan (bukan nama sebenarnya), berusia 18 tahun, baru lulus SMA dan punya keinginan untuk menikah demi menjaga syahwatnya, karena tak tahan menghadapi fitnah dunia, bahkan selama satu tahun pemuda tersebut melakukan shaum Dawud. Pemudi yang hendak dinikahinya bernama Halimah (bukan nama sebenarnya juga), Halimah berusia 17 tahun dari keluarga yang berkecukupan, bahkan lebih dari cukup.
Ketika melamar Halimah, justru orang tua Halimah yang melihat Rizqaan seorang pemuda pas-pasan yang berasal dari keluarga miskin pula malah menantang Rizqaan. Keluarga Halimah yang serba berkecukupan malah tidak akan membantu keberlangsungan rumah tangga Rizqaan dan Halimah. Tantangan yang diberikan adalah sebuah syarat jika dalam 10 tahun Rizqaan tidak dapat memberikan penghidupan yang layak bagi Halimah, maka Rizqaan serta merta harus menceraikan Halimah, dan orang tua Halimah ingin syarat tersebut diucapkan ketika Aqad Nikah berlangsung.
Maka disinilah terjadi perdebatan antara Rizqaan dengan seorang ustadz tempat dimana dia biasa berkonsultasi. Awalnya Rizqaan menganggap ini adalah sebuah perjudian, namun ustadz tersebut berpendapat sebaliknya, bahwa ini adalah sebuah tantangan. Maka sebuah syarat yang diajukan sang calon mertua pun menjadi sebuah bahasan fiqh muamalah yang menarik dan cukup langka di tanah air, ini karena syarat yang diajukan calon mertua juga cukup unik. (Halaman 9)
Dengan bekal finansial dari orang tua Rizqaan, Rizqaan mulai merintis usaha roti. Berawal dari hasil penualan roti perhari hanya 75-100 buah hingga mencapai 800-900 buah perharinya dalam waktu dua tahun hingga akhirnya beberapa tahun kemudian mempunyai pabrik roti sendiri di rumahnya. Dari rumah kontrakan yang pas-pasan hingga memiliki rumah sendiri yang bertingkat. Dalam waktu dua tahun mereka dikaruniai buah hati dan mereka menamainya Nabhaan.
Enam tahun kemudian, berkat kerja keras dalam perdagangan roti, mereka bisa mendapatkan dengan keuntungan bersihnya 1,5 juta per harinya, mereka sudah bisa membeli rumah sendiri dan mobil sendiri. Singkat kata, mereka hidup dalam kemapanan dan harmoni.
Dari kisah pendakian rumah tangga menuju kemapanan mereka yang berawal dari bisnis roti ini pun menginspirasi sebuah semangat untuk berbisnis. Dan ini adalah sebuah bukti bahwa gelar sarjana belum tentu bisa menjamin sebuah kemapanan hidup. Kerja keras, integritas, moral yang baik, dan kejujuran merupakan kunci terpenting menuju kesuksesan. Jadi, bagi saya Sandiwara Langit ini tidak hanya menggugah masalah romantika cinta yang Islami saja, tetapi jugamenggugah untuk menjadi seorang enterpreuner yang sukses.
Ketika 10 tahun berlangsung,mereka optimis akan bisa memenangkan tantangan yang diberikan mertuanya 10 tahun yang lalu. Tinggal dua hari lagi mereka menunggu tanggal yang ditetapkan mertuanya, namun musibah menimpa keluarga mereka. Rumah Rizqaan kebakaran yang mengakibatkan hampir semua harta bendanya hancur. Namun, semuanya selamat kecuali ayah Rizqaan, ayahnya meninggal dalam musibah tersebut. Tanpa mempertimbangkan musibah yang baru dialami Rizqaan, dua hari kemudian sang mertua pun datang dengan kejam untuk “merenggut” Halimah dari Rizqaan karena Rizqaan gagal memenuhi syarat yang disepakati 10 tahun yang lalu. Rizqaan sekarang kembali menjadi kere, tidak punya apa-apa lagi karena musibah tersebut. Bagi saya, adegan di bagian inilah yang bisa mengaduk-aduk emosi saya hingga air mata membuncah.
Ending yang mirip dengan Ayat-Ayat Cinta karangan kang Abik, dengan menampilkan Al-Qur’an surah Al-Fajr ayat 27-30. Karena ini kisah nyata, membuat tulisan kisah nyata ini menjadi lebih menyentuh. Karena dalam persepsi saya kisah nyata lebih terasa pemaknaannya untuk dijadikan teladan dibandingkan karya fiksi.
Banyak hikmah yang mungkin bisa kita ambil dalam buku tersebut. Saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca bagi siapa saja yang ingin mengetahui bagaimana harus menghadapi ujian yang Allah berikan dan bagaimana kita harus bersyukur terhadap segala nikmat yang telah diberikan olehNya. Sisi plus dari buku ini juga terletak pada penggunaan dalil yang berupa ayat-ayat Al quran dan Assunnah yang shahih dalam mempertajam isi cerita tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar

 

My Blog Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting