Kamis, 14 Februari 2013

Lir-ilir

Diposting oleh Unknown di 05.20
Sejak kecil, aku sangat suka dengan lagu Lir-ilir. Lagu ini pertama kali aku kenal dari guru ngajiku yang bernama Pak Bagus saat aku belajar mengaji di masjid dekat rumahku. Dulu, lagu ini selalu dinyanyikan untuk membuka pelajaran mengaji setiap kali pelajaran Pak Bagus. Meskipun dulu aku tidak begitu paham tentang makna yang terdapat pada lagu ini, tapi aku menyukainya. Bagiku lagu ini unik dan nadanya pun mudah. Walaupun aku menyukainya sejak kecil, tapi terus terang saja bahwa aku baru memahami makna yang tersimpan pada tiap syair lagu Lir-ilir ini saat aku meneliti tentang lagu dolanan ketika mengikuti salah satu ekstrakulikuler di sekolahku. Berikut adalah makna dari lagu dolanan Lir-ilir.

Lir-ilir
Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi

Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak hiyo…



Sayup-sayup bangun
Pepohonan sudah mulai bersemi
Demikian menghijau bagaikan gairah pengantin baru
Anak penggembala, tolong panjatkan pohon blimbing itu
Walaupun licin tetap panjatlah untuk mencuci pakaian
Pakaian-pakaian yang buruk disisihkan
Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore
Selagi masih terang rembulannya
Selagi masih banyak waktu luang
Mari bersorak-sorak ayo

Lir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi tentang apa yang perlu untuk dibangunkan. Yang dibangunkan yaitu kesadarannya maupun pikirannya. Dalam syair ini juga terdapat unsur angin, yang artinya untuk menghidupkannya harus ada gerak
Tandure wis sumilir, tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar. Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai raja-raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Dalam bait ini menggunakan kata cah angon, bukan Pak Jendral, Pak Presiden atau yang lain. Cah angon merupakan sosok yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu menggembalakan makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu, menggunakan kata blimbing. Blimbing berwarna hijau yang merupakan ciri khas Islam dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing merupakan isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan dasar dari agama Islam. Selain kata blimbing, bait lagu tersebut juga menyebutkan kata penekno. Ini adalah ajakan para wali kepada raja-raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para raja itu dalam melaksanakan Islam.
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro. Arti dari syair tersebut adalah walaupun licin dan susah kita tetap diperntah untuk memanjatnya untuk mencuci pakaian. Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, lagu ini berpesan agar kita tetap mengambil pakaian dan membersihkan pakaian kita. Pakaian dalam lagu ini maksudnya adalah taqwa, pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.
Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Lagu ini berpesan untuk senantiasa membersihkan pakaian taqwa. Syair ini berpesan untuk membuang hal-hal buruk yang ada pada diri kita dan memperbaiki, merajut hingga menjadi pakain yang indah atau yang dimaksud disini adalah berusaha menjadi akhlak yang baik.
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Arti dari syair tersebut ialah jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore. Syair ini merupakan pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kita akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita. Maka kita diingatkan untuk berbenah dan menyempurnakan ke-Islaman kita agar kita selamat pada hari pertanggung jawaban kelak.
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Arti dari syair tersebut ialah selagi masih terang rembulannya, selagi masih banyak waktu luang. Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.
Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Aku kagum dengan lagu ini. Dibalik kesederhanaan bahasa dan nadanya, lagu ini memberi banyak pesan. Selain itu aku juga salut dengan kebudayaan Jawa yang melahirkan lagu ini. Kebudayaan yang penuh dengan simbol-simbol dan pesan tentang kehidupan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

My Blog Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting